20 Februari 2021

Tafakkur

Target saya selama usia 30-an ini sederhana saja. Lebih banyak bertafakkur. Sebagaimana yang didokumentasikan secara bagus dalam salah satu qashidah paling saya sukai sepanjang masa.



Bicara soal sholawat dan qashidah, jadi kangen masa-masa di Ponpes Darul Falah, Jepara dulu. Karena di sela-sela waktu ngaji dan jamaah, ndalem selalu memutarkan qashidah yang dihubungkan ke sound system pondok. Jadi lumayan buat refreshing setelah menjalani rutinitas pondok yang cukup berat dan melelahkan.

Dan itu sudah 18 tahun yang lalu.

Sudah begitu jauh salah satu momen terbaik dalam hidup saya berlalu. Tapi kenangannya masih terus tertanam kuat di dalam hati. Mondok di Jepara mengajarkan saya, bahwa ukuran bagi cinta bukanlah waktu, melainkan kualitas pengalaman hati. Banyak orang ditakdirkan untuk hidup bersama secara singkat, tapi meskipun begitu, cinta yang tertanam begitu kuat. Sehingga tak pernah terpikir sedetik pun untuk menjalin hubungan lagi, bahkan setelah pasangan berpuluh tahun melangkah menuju keabadian.

Karena kualitas pengalaman hati itu tidak bisa ditukar dengan apapun. Pengalaman terbaik yang pernah kita alami dan rasakan, akan selalu tertanam kuat dalam hati kita. Dan di situlah cinta berada. Dalam dimensi yang tidak pernah lekang oleh perubahan tempat dan waktu. Dalam dimensinya sendiri, dimensi hati.


Share:

0 comments:

Posting Komentar