07 Oktober 2020

Install Ulang

Ketika virus sudah menyebar ke mana-mana, ketika data di hard disk sudah tidak bisa diselamatkan lagi, bisa jadi mungkin inilah saatnya untuk install ulang sistem operasi komputer kita.

Ketika antivirus sudah terjangkiti virus, bisa jadi memang inilah waktunya untuk install ulang lagi.

Ketika mouse selalu gerak sendiri ke sana ke mari, bisa jadi memang inilah waktunya untuk install ulang lagi.

Ketika komputer sering hang ketika sedang digunakan, bisa jadi memang inilah waktunya untuk install ulang lagi.


Bayangkan rasanya menjadi seorang penduduk negara yang pemerintahnya suka menyakiti perasaan warganya. Dari waktu ke waktu. Dari masa ke masa.







Share:

09 September 2020

25 Agustus 2020

Pentingnya Momentum

Momentum adalah salah satu faktor yang menentukan dalam membuat kebiasaan baru. Jika kita pernah naik sepeda, momentum adalah momen ketika kita sudah mengayuh dan menjaga keseimbangan kita.

Saya sendiri tidak pernah menemukan kisah orang yang langsung sukses dalam percobaannya yang pertama ketika naik sepeda. Sebagian besar di antara orang-orang yang bisa naik sepeda pada mulanya pernah naik sepeda roda 3 atau 4 dulu. Kemudian dilanjutkan belajar naik sepeda sambil dipegangi dan dibantu oleh orang lain. Yang seringkali adalah orang tua kita. Karena sebagian besar kita belajar naik sepeda di waktu masih balita.

Baru kemudian setelah itu, kita mulai bisa menyeimbangkan diri dengan mengayuh silih berganti. Antara kaki kanan dengan kaki kiri.

Seperti itulah seharusnya kebiasaan baru dibangun. Sedikit demi sedikit. Sampai menemukan momentumnya untuk terus tumbuh dan tidak pernah berhenti. Sekali kita sudah bisa naik sepeda, seumur hidup kita akan bisa naik sepeda.

Belajar apapun, pada akhirnya adalah soal seberapa tahan kita untuk terus bersabar melewati proses demi prosesnya. Sampai akhirnya menemukan momentum seperti halnya menjaga keseimbangan ketika naik sepeda.


Share:

24 Agustus 2020

Benar Salah

X = X+1

Kalau kalian tanya pada anak Matematika, X = X + 1 itu tidak mungkin benar. Karena X tidak akan pernah sama dengan X + 1.

Tapi kalau kalian tanya pada anak Informatika, X = X + 1 itu sangat mungkin benar. Karena yang dimaksud adalah perintah menjumlahkan X dengan 1, kemudian disimpan ke variabel X lagi.

Jadi kesimpulannya, benar salah itu seringkali relatif. Tergantung konteks. Maka jangan suka memisahkan teks dari konteks.


Share:

10 Agustus 2020

08 Agustus 2020

Buku Pertama

Semua orang pada dasarnya punya potensi yang sama untuk menjadi seorang pembaca. Hanya saja tidak semua orang punya kesempatan untuk menemukan buku yang membuat jatuh cinta.

Saya sendiri meskipun sejak kecil tidak kurang asupan buku dan majalah, baru ketika SMA baru benar-benar suka membaca. Adalah Tetralogi Laskar Pelangi yang sukses membuat saya jatuh cinta sepenuhnya pada aktivitas membaca.

Meskipun sejak itu, Andrea Hirata tidak pernah sama lagi. Karya-karyanya setelah Laskar Pelangi tidak pernah bisa menyamai level Laskar Pelangi. Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas masih okelah. Tapi setelah itu, Andrea Hirata seperti kehilangan daya magisnya dan menjadi seorang penulis yang berbeda.

Setelah mengenal Laskar Pelangi, saya menjadi semakin suka membaca. Sampai akhirnya ketemu dengan buku-buku favorit saya yang lain seperti Alchemist-nya Paulo Coelho, Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi, The Alchemyst series karya Michael Scott, buku-bukunya Dan Brown, buku-buku Sherlock, buku-buku Dee Lestari (terutama serial Supernova), dan yang terakhir karya-karya Eka Kurniawan.

Meskipun sekarang saya punya banyak sekali buku favorit, semuanya tidak lepas dari pengalaman saya ketika membaca Laskar Pelangi di bangku SMA. Dan kalau bukan karena dikenalkan oleh teman sebangku saya di waktu SMA, saya mungkin tidak pernah kenal dengan buku-buku favorit saya yang lainnya.

Makanya saya sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Najwa Shihab:

Satu-satunya yang kita butuhkan agar bisa cinta membaca adalah menemukan satu buku yang membuat kita jatuh cinta.


Share:

04 Agustus 2020

Kamu

Bukanlah yang kamu upload di story IG

Bukanlah yang kamu tulis di linimasa Twitter

Bukanlah yang kamu bagikan di beranda FB

Bukanlah yang kamu kreasikan di status WA


Kamu

Sebenar-benarnya kamu

Adalah ketika tidak ada seorangpun yang melihat dan memperhatikanmu

Share:

03 Agustus 2020

Bingung

Terlalu banyak rencana

Terlalu banyak cita-cita

Terlalu banyak keinginan

Terlalu banyak harapan


Sampai tidak tahu mana yang harus didahulukan


Hidup, pada akhirnya adalah perjalanan memilih dan memilah


Terkadang menang, terkadang kalah

Terkadang benar, terkadang salah

Terkadang senang, terkadang susah

Terkadang tenang, terkadang gelisah


Berbahagialah mereka

Yang merdeka

Dari segala ingin dan segala angan

Share:

11 April 2020

Hanya


Pagi ini saya menemukan sebuah puisi yang luar biasa. Judulnya Hanya. Penulisnya seorang yang sudah lama saya tahu dan follow di Twitter, Gus Nadirsyah Hosen, Ketua PCI NU Australia.

Berikut ini puisinya:

Kami hanya debu yang beterbangan

Diputar tak tentu arah oleh badai cinta-Mu

Kami hanya kelopak bunga yang bermekaran

Diperindah tak terkira oleh tetesan embun kasih sayang-Mu

Kami hanya pejalan yang merangkak berkeluh kesah

Ditarik mendekat tak berjarak oleh dekapan ujian-Mu

Kami hanya hamba yang merindu tak berkesudahan

Dibebankan amanah tak terperi di dunia ini oleh lambaian kuasa-Mu

Kami hanya menunggu tiba waktu berpulang

Diperlama oleh sekian ambisi kehidupan, seolah kami tak lagi mengenal-Mu

Kami hanyalah hamba yang terus bertanya

Dijawab dengan harapan akan syafaat Nabi-Mu

Nadirsyah Hosen

Share:

30 Januari 2020

Islam yang Saya Kenal dan Saya Cintai

Sebagai orang yang sejak kecil sering membaca biografi tokoh-tokoh agama Islam, saya merasa sedih melihat perkembangan Islam di Indonesia akhir-akhir ini. Saya tidak sedih karena semakin banyak orang yang "berhijrah". Saya tidak ada masalah dengan mereka. Yang bikin saya sedih adalah orang-orang yang mengaku Islam tapi tiap hari menyebarkan kebencian baik itu secara implisit atau eksplisit di media sosial.

Saya yang sejak kecil sudah dikenalkan oleh Ayah saya dengan tokoh semacam Gus Dur dan Gus Miek yang sangat humanis sangat sedih melihat Islam yang semakin ke sini menjadi semakin sering dipahami secara kaku dan lebih mementingkan bungkus daripada isi.

Sejak kecil saya sudah sering diajak Ayah untuk berkunjung kepada para Ulama yang dikenal mempunyai kelebihan. Atau kalau memakai istilah umum biasa disebut sebagai wali. Meskipun yang bersangkutan tidak pernah menyebut dirinya istimewa, sudah menjadi rahasia umum kalau beberapa ulama tersebut adalah sosok yang mempunyai kelebihan.

Entah kenapa sejak kecil saya selalu tertarik dengan sisi mistisme dalam agama Islam. Bagi saya, sisi mistisme dalam agama itu jauh lebih menarik untuk didalami daripada sisi luarnya. Mungkin inilah yang membuat saya dari dulu selalu tertarik dengan sufisme dan lebih tertarik dengan Ushul Fiqh (dasar pengambilan hukum) daripada Fiqh (hukum)-nya sendiri. Selain juga tertarik pada Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits, dan Usul Fiqh. Meskipun oleh beberapa kalangan sufi dipahami sebagai aliran sesat, saya merasa para sufi adalah orang-orang yang mengamalkan Islam dengan sangat jernih.

Islam dicintai bukan karena pedang. Islam banyak dipeluk orang bukan karena mengajarkan perang. Islam, jika dimaknai secara bahasa adalah penyelamatan. Berasal dari wazan Aslama, Yuslimu, Islamun (bisa juga dibaca Islaman).

"Orang Islam adalah orang yang menyelamatkan orang Islam  lain dari lidah (ucapan) dan tangannya (perbuatannya)."
Share:

03 Januari 2020

Lupakan Passion, Fokus Pada Tujuan Hidup

Pernah ada satu masa di mana saya merasa passion merupakan faktor terpenting dalam menentukan kesuksesan. Padahal sebenarnya saya juga tidak terlalu paham arti passion. Bahkan sampai sekarang.

Kebanyakan orang-orang mengartikan passion sebagai hasrat dan cinta. Yang kemudian berimplikasi mengharuskan kita untuk menemukan sesuatu yang kita cintai dulu baru bisa benar-benar sukses. Dan saya bisa pastikan bahwa pemahaman seperti ini tidak hanya salah. Tapi juga sangat menyesatkan.

Karena begitu seringnya dipakai dan dikampanyekan, kita menganggap passion itu sesuatu yang benar-benar penting dalam hidup. Padahal tidak. Passion mungkin penting, tapi tidak sepenting yang banyak orang bicarakan.

Lupakan Passion

Kalau saya boleh menyarakan, lupakan saja istilah passion. Karena sejak saya pertama mengenal istilah passion, sering mengampanyekan passion di blog saya yang lama sampai sekarang, saya belum pernah menemukan penjelasan yang paling pas mengenai istilah yang satu ini. Hampir semua orang mempunyai penjelasan dan pemahaman yang tidak sama satu sama lain tentang passion.

Dan di situlah permasalahannya. Karena tidak adanya pemahaman yang sama mengenai passion, semakin sering kita mengampanyekannya semakin banyak orang yang akan kebingungan ketika diminta untuk menemukan passionnya.

Kata “passion” bisa jadi merupakan salah satu istilah paling ambigu yang paling banyak digunakan di abad ke-21 selain kata “millenial“. Saya sendiri kurang paham mengapa istilah passion begitu masif dikampanyekan di 2 dekade terakhir. Yang kemudian membuat banyak orang menganggap passion itu layaknya pegadaian. Solusi segala permasalahan.

Daripada passion, mending kita kembali gunakan istilah-istilah yang lebih mudah dipahami. Seperti halnya cita-cita, tujuan hidup, minat, bakat, dan potensi diri. Istilah yang multitafsir seperti passion itu tidak selayaknya dijadikan solusi, karena masih jadi bagian dari permasalahan.

Fokus pada Tujuan Hidup

Daripada sibuk mencari passion yang bisa jadi tidak akan pernah kalian temukan sepanjang hidup. Karena kalian sendiri juga tidak benar-benar paham apa itu passion. Sama seperti saya. Dan semua orang-orang yang mengampanyekan pentingnya passion. Sebaiknya kalian fokus saja pada tujuan hidup kalian dalam setiap mengambil keputusan penting dalam hidup.

Mulai dari memilih jurusan, memilih peminatan, memilih kerja, memilih pasangan, memilih tempat tinggal, dan seterusnya. Pastikan kalian mempertimbangkan faktor tujuan hidup. Karena pada akhirnya, yang paling penting dalam hidup adalah itu: tujuan hidup.

Bagi kalian yang punya tujuan hidup untuk melestarikan lingkungan misalnya, tentu kalian tidak akan mengambil jurusan-jurusan yang tidak ada hubungannya dengan pelestarian lingkungan. Atau buat kalian yang punya tujuan hidup untuk bisa bekerja dengan gaji di atas rata-rata, pastikan kalian tidak akan mengambil jurusan yang bidang keilmuannya tidak terlalu dibutuhkan di dunia kerja.

Begitupun buat kalian yang tujuan hidupnya agar bisa segera pensiun di usia muda, tentu memilih jurusan kedokteran dan pendidikan adalah pilihan yang sia-sia. Atau bagi kalian yang ingin bisa bekerja di rumah, tentu kalian tidak akan melamar kerja di bidang front office yang mengharuskan kehadiran di setiap waktu.

Pun dalam memilih pasangan. Pastikan kalian memilih pasangan yang sesuai dengan tujuan hidup kalian. Atau minimal punya tujuan hidup yang bisa diselaraskan. Karena menikah itu perjalanan. Dan berjalan dengan tujuan yang berbeda-beda itu selain melelahkan, juga berpotensi banyak masalah di perjalanan.

Sekali lagi, jangan terlalu memikirkan passion. Karena istilah passion itu membingungkan. Dengan tidak lagi memikirkan passion, maka satu permasalahan hidup kalian menjadi berkurang. Sebagai gantinya, fokus saja pada tujuan hidup kalian dalam setiap mengambil keputusan.

Istilah yang multitafsir seperti Passion itu tidak selayaknya dijadikan solusi, karena masih jadi bagian dari permasalahan.

Share: